“liliana..”
Pria itu terkesima sesaat, dan turut bersimpuh di
samping wanita itu. Teriris sembilu saat melihat wanita yang begitu
dicintainya terkapar bergelimang darah.
“tolong panggilkan ambulance..”
Seseorang
mengangguk dan mendekatkan telepon genggamnya, memanggil ambulance.
Sementara, pria yang bersimpuh itu menepuk pelan wanita di hadapannya.
Berusaha membuatnya memperlihatkan tanda-tanda kehidupan selain
nafasnya yang tinggal satu-satu. “liliana,, bangunlah liliana.. Bukalah
matamu.. Jangan tinggalkan kami..”
Kelopak mata wanita itu
menggeletar pelan. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Sekilas seperti
kesakitan. Tapi sebenarnya itu adalah sebuah senyuman. Maksudnya untuk
menghentikan tangis kepanikan dari orang-orang ya dicintainya. Tapi
yang terjadi justru sebaliknya.
“b,, ben..” katanya pelan dan terbata.
“ya,liliana.. Aku di sini..”
“tolong jaga riri, anak kita..” hanya anggukan yang dapat menjawabnya.
“riri,, sayang..”
“mami.. Hiks.. Hiks..”
“riri jangan nakal ya.. Jangan cengeng lagi..”
“iya,
riri gak akan nakal sama cengeng lagi.. Tapi mami sembuh.. Nanti riri
ambilin melati lagi buat mami.. Terus kita main sama si puss..” wanita
di hadapannya menggeleng lemah.
“aku sayang kamu ben,, mami sayang riri..” hening tercipta. Yang mampu terdengar hanya isak tangis riri dan ben-ayah riri-.
“ben,,
riri,, dingin..” spontan riri memeluk erat mami-nya. Menghamburkan
kuntum-kuntum melati yang tadi digenggamnya. Begitu juga ben. Wanita
itu kembali menatap langit biru dan tersenyum. Perlahan matanya
tertutup, seiring dengan mengilangnya cahaya kehidupan dari tubuhnya.
* * *
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku
* * *
Di usapnya airmata yang berderai di pipi pria itu.
“papi
jangan nangis lagi. Masa’ udah 10tahun mami pergi, terus setiap kita
mengenangnya harus dengan tangisan? Mami pasti bosen ngeliatnya..”
Seulas senyum bangkit di wajahnya. Membenarkan apa yang dikatakan putrinya. “siap boss..”
“sekarang ayo kita beres-beres.. Lusa kita udah berangkat ke Indonesia.. Jadi gak sabar deh papi..”
Kali
ini riri yang mengangguk antusias. Dan sepanjang hari yang tersisa
mereka terus mengemas barang-barang yang akan dibawa ke tanah kelahiran
mereka.. Tanah penuh kenangan..
*****
Pesawat
milik JAL baru saja mendarat di bandara soetta. Mengangkut ratusan
manusia yng terbang dari negri matahari terbit ke Indonesia. Termasuk
seorang pria yang telah hidup selama hampir setengah abad (mungkin..)
dan seorang remaja wanita. Kelegaan, rindu dan bahagia terpancar dari
sorot matanya.
“INDONESIA!! I’m c0ming!!” teriaknya saat berhasil
menapak di atas tanah air. Tak lupa juga dia berjingkrak-jingkrak untuk
meluapkan rasa bahagianya karena telah sampai di Indonesia dengan
selamat.
Tingkahnya tentu saja membuat orang-orang yang melihatnya
mengulum senyum. Tak terkecuali pria yang sedaritadi terus berjalan di
sampingnya..
“seneng banget,ri..”
“banget-banget, pi..
Akhirnya setelah sekian lama kita balik juga ke sini.. Kangen sama
seemuanyaa..” katanya sambil membentangkan kedua tangannya. Seperti
merengkuh udara yang terus berputar di sekitarnya.
Gadis itu masih
tetap tenggelam dalam euphoria-kembali-ke-tanah-air, walau dia telah
sampai di rumahnya. Bukan semakin mereda. Tingkahnya malah semakin
menjadi-jadi.
Dia mulai berlari di halaman rumahnya yang luas,
menjelajah bagian dalam rumahnya yang berkelok, memeluk semua pengurus
rumah yang telah bekerja lebih lama dari umur gadis itu.Lelah
menyalurkan semua kegembiraannya, akhirnya riri pergi ke kamarnya dan
merapikan barng-barangnya. Membutuhkan waktu seharian untuk
melakukannya.
Malam menjelang dan dengan kalemnya rembulan
menenggelamkan surya. Mengijinkan makhluk yang lain untuk beristirahat,
mengijinkan makhluk nokturnal lainnya untuk beraktivitas.
* * *
“Lusa kamu mulai mos kan?”
“iya,pi..” digigitnya roti kacang di hadapanku besar-besar.
“udah disiapin semua barang bawaannya?”
“uhah,pi..”
“kalo mulut lagi penuh makanan kaya’ gitu jangan ngomong dong, ri.. Ga sopan tau..”
Segera riri menelan kunyahannya dan meminum susu vanilla yang terhidang di meja. “maaf, pi..”
Selesai
sarapan, papi segera pergi ke kantor. Sedangkan riri tetap stay di
rumah. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan untuk mos. Dia
tidak ingin ada yang tertinggal.
Selesai membereskan semuanya, riri mulai merasa bosan. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek rumahnya.
Dia
pun melangkahkan kakinya. Entah ke mana. Yang penting keluar rumah,
batinnya berkata. Setelah lama berjalan, dia melihat taman di sebrang
jalan. Karena letih, riri memutuskan untuk duduk sejenak di bangku
taman. Tanpa di sadarinya ada sebuah motor yang tengah melaju ke
arahnya. Riri terlalu kaget untuk dapat bereaksi. Dia bahkan tak mampu
walau hanya untuk menutup matanya. Dia begitu ketakutan dan terkejut.
“ckiiiitt..”
“lu ga apa2? Ada yg sakit?” tanya si pengendara motor itu tanpa melepas helm’a.
Riri yg ditanya hanya diam. Masih terkejut.
“haloo.. Lu ga kenapa2 kan? Hey!!” dilambaikan’a tangan berbungkus sarung kulit hitam itu di depan wajah riri.
Dan riri sadar dari keterkejutan’a.
“hah! W g knapa2..”
“sukur dah..” dan pengendara itu membuka helm’a. Ternyata seorang wanita. “kenalin, w anita. Nama lu siapa?”
“riri..”
“orang
baru ya?gue bl0m pernah liat lu sebelum ini. Rumah lu dimana? Eh, kita
duduk di situ aja yuk. G enak ngobrol di pingir jalan begini..” mereka
pun duduk di bangku taman.
“iya, w kmaren baru dateng dari Jepang. Gue tinggal di jalan cemara no.5..”
“wah, ga jauh dari rumah w tuh..”
Mengalirlah obrolan2 ringan diantara mereka. Layak’a kawan yg telah lama terpisah.
Dari obrolan itu pula diketahui mereka akan bersekolah di tempat yg sama. SMA st.petersburgh.
Sore
datang menjelang. Mengingatkan bahwa waktu untuk berpisah telah tiba.
Mereka pulang bersama. Karena rumah mereka hanya berselang 4 rumah.
Seperti’a mereka akan menjadi sahabat. Seperti’a..
* * *
Hari
yg menegangkan tiba. MOS. Hati riri ketar ketir karena mendengar gosip
dari para pembantu di rumah’a. Kata’a mos a.k.a ospek sering jadi
ajang balas dendam senior pada junior’a. Penyiksaan terjadi di mana2.
Oke, itu terdengar berlebihan. Tapi, riri terlalu tegang. Dia tak dapat
berpikir dengan baik.
Dengan dandanan yg 11-12 sama org gila, dia berangkat k SMA SP a.k.a st.petersburgh.
Sepanjang perjalanan, riri terus menundukkan kepala’a. Malu. Jelas saja. Dandanan’a itu lho.. Ga ga ga nahan..
Rambut
dikuncir 8 pake tali rafia kunin, tas berbahan kantong kresek hitam
besar, sepatu n kaos kaki beda warna, ditambah dengan kalung dari sumbu
kompor warna pink berbandul jengkol.
“astaga.. Jangan sampe ada petugas rsj lewat.. Bisa di tangkep gue..” gumam riri yg terus menggerutu.
“hai,ri.. Bareng sama w aja yuk.. Lu ga malu jalan pake dandanan kaya’ begitu?”
“tapikan kita g boleh dianter..”
“waelah,ri..
Kita g turun d depan gerbang’a kali.. Di deket2 sekolah aja.. Ayo ah.
Nanti kita telat..” dengan tak sabar ditarik’a riri masuk ke dlm mobil
anita. Tak sampai 5 menit mereka telah tiba di dekat sekolah.
“untung aja bl0m telat..”ucap kami bersamaan. Baru saja kami turun dari mobil anita, ada seseorang yg menegur.
“hei, kalian.. Datang ke sekolah pake mobil pribadi ya?”
Ya
ampun.. Masa iya hari pertama mos udah ketauan naek mobil. Udah pasti
bakal dapet hukuman ini mah. Oh my god! Selamatkan hambamu ini dari
taring2 senior kami..
“koq ga di jawab?”
“ng,, iya kak..” jawabku pelan. Anita? Jgn ditanya. Dia juga sibuk menyembunyikan wajah’a dgn cara menunduk.
“kalian ini ya.. Hari pertama udah berani ngelanggar peraturan.. Gimana nanti2 kalo udah resmi jadi siswa di sini? Ckckck..”
“mampus deh kita,ri.. Dapet hukuman apa kita?” bisik anita.
“mana gue tau.. Lu sih pake acara ngehasut buat naek mobil lu segala..”
“Mana gue tau kalo bakal ketauan kaya’ begini,nyong..” balas’a membela diri.
“et dah.. Malah ngobrol berduaan dia..”kami berdua pun terdiam seketika. “karena kalian udah ngelanggar peraturan, kalian..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar