Minggu, 11 Desember 2011

Music in Our Life - Part 3 (repost from pujiwidiastuti2.blogdetik.com)

Hidung kecilnya mengendus. Harum yang mampu membuat orang yang dicintainya berbinar.
“Riri petik ah..”
Dilangkahkannya tapak kaki menuju tempat itu. Jemarinya memetik puspa bangsa indonesia dengan hati-hati. Seakan tak mau merusak kesempurnaannya.
“mami pasti suka..”
Saat dia akan kembali ke tempatnya semula, dia mendengar sesuatu. Penasaran, diapun menghampiri asal suara..
“puss.. Koq sendirian? Mami-nya mana?”
Anak kucing berwarna hitam legam itu terus mengeong. Menatap riri dan lari menjauh.
“puss,, jangan lari d0ng.. Ikut riri aja..”
Riri terus berlari. Tak memperhatikan sekelilingnya. “naah,, puss jangan lari lagi ya.. Temenin riri maen sama mami dan papi aja ya..”
Di peluknya anak kucing itu dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya penuh dengan berkuntum-kuntum melati.
Saat membalikkan tubuhnya, riri menatap seseorang yang berlari menyongsongnya. Kepanikan terlukis di sana. Dan diapun tenggelam dalam dekapan yang menenangkan.
“mami sayang riri..” katanya lirih.
Tiba-tiba saja mereka terhempas. Bergulingan. Dihajar mesin bertenaga kuda yang mengamuk.
“mami.. Mami!!”
Riri berlari menghampiri ibunya yang terkapar di pinggir jalan. Sementara mobil yang menabraknya pergi begitu saja.
Darah mengucur deras dari tubuh mami. Matanya terpejam. Nafasnya tersengal,, putus-putus. Satu kata yang mampu mewakilinya saat itu. Mengenaskan. Sweater yang tadinya berwarna hijau tosca, berubah jadi merah karena terlumur darah.
“mami bangun.. Ini riri bawa bunga kesukaan mami.. Melatinya harum lho mi.. Riri juga bawa puss buat nemenin kita main.. Mami bangun..” tangis riri.
Orang-orang mulai berkumpul untuk menyaksikan. Dan tak melakukan apapun. Entah karena terkesima, atau terlalu asik menyaksikan drama balada yang tersaji di hadapan mereka. Atau mereka memang tidak bisa membedakan antara drama balada dengan kecelakaan yang sesungguhnya. Entahlah.
“mami jangan tinggalin riri.. Riri minta maaf kalo riri nakal.. Riri janji riri nggak akan nakal lagi.. Mami bangun dong..” tangan mungilnya yang penuh dengan melati dan kucing terus mengguncang tubuh dihadapannya. Begitu menyayat hati. Tapi lagi-lagi entah kenapa orang- orang yang berkumpul disana hanya terdiam dan menonton.
Sementara di kejauhan ada sesosok laki-laki yang berjalan ke arah taman. Perhatiannya terbetot ke arah kerumunan orang di hadapannya.
Semua barang bawaannya jatuh begitu saja saat mengetahui objek yang menjadi pusat perhatian.
“liliana..” ucapnya lirih.
To be continue..
Posted at my boarding house, serang city
At 01:21 a.m
Puji widiastuti,
Seseorang yang baru saja belajar menuangkan inspirasi ke atas kertas, bercerita..
Dan saya mengharapkan kritik konstruktif dari anda..
:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar