Minggu, 11 Desember 2011

Music in Our Life part 15 (repost from pujiwidiastuti2.blogdetik.com)

“Ken, gimana kalo kita belajar bareng aja tiap hari. Biar rada cerah-an gitu UKK gue nantinya.. yayayayaya…” pinta Riri.
“Emmmm… gimana ya….”
“Ayolah… please..
“Ok deh.. nggak tega gue ngeliat lu melas-melas begitu.”
“Makasiiih…” Nate dan Nita yang baru saja tiba dari kantin langsung duduk di samping Riri dan Ken. Riri dengan segera mengajak Nita dan Nate untuk belajar bersama menjelang UKK. Dengan senang hati mereka ikut.
“Sorry gue mau pergi dulu bentar..” pamit Ken. Saat dia mencapai pintu, dia berpapasan dengan Fred yang akan masuk ke kelas Riri. Mereka saling memandang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan dengan kata-kata. Tatapannya seperti saling menusuk ke dalam jiwa lawan pandangannya.
“Nanti lu pulang bareng gue.” Kata Fred begitu mencapai tempat di sebelah Riri.
“Kak Rio kemana?”
“Ada urusan perusahaan. Jam 2.15 gue tunggu di parkiran.” Lalu dia meninggalkan Riri dan kawan-kawan yang masih kebingungan begitu saja. Mereka saling melemparkan pandangan yang seolah berkata ‘kak Rio punya perusahaan?’
Bel pulang berbunyi nyaring. Dengan langkah perlahan Riri berjalan menuju parkiran. Dilihatnya sosok Ken yang sedang berdiri di samping satria-nya. Dia melempar senyum untuk Ken dan mengubah haluannya menuju Ken. Tapi baru saja beberapa langkah, Riri merasa ada yang menahan tangannya dan menariknya menjauh dari Ken. Riri hanya mampu mengikuti kemana tangan itu membawanya.
Dalam diam dia menerima helm yang di sodorkan oleh Fred. Sepanjang perjalanan tak ada yang memulai untuk membuka pembicaraan. Masing-masing hanya membiarkan deru angin yang mengiringi perjalanan mereka. Sesampainya di depan rumahnya, Riri langsung turun dari motornya. Dan tanpa sepatah katapun Fred pergi memacu ducati-nya meninggalkan Riri. Dan Riri merasa ada yang aneh dengan sikap Fred.

**********


‘Wahai gadis,, benarkah yang baru saja terjadi? Sungguh,, segala sesuatu yang ada padamu telah menarik hatiku. Kau memberiku rasa yang baru kali ini ku rasakan. Membuatku kecanduan akannya. Membuatku terbang melayang melewati beribu lapisan angkasa. Sepertinya hatiku telah jatuh padamu. Semenjak kali pertama mata ini memandang indahmu. Ya, aku jatuh cinta padamu..’
**********


I can be your hero, baby
I can kiss away the pain
I will stand by you forever
You can take my breath away
Would you swear
That you’ll always be mine?
Would you lie?
Would you run and hide?
Am I in too deep?
Have I lost my mind?
Well, I don’t care you’re here tonight
(Hero - Enrique Iglesias)

**********

Disusunnya foto-foto itu dengan hati-hati. Tak ingin ada yang meleset. Dia ingin semuanya sempurna. Sesempurna sosok dia yang selalu menari di pelupuk matanya. Selalu menggetarkan hatinya.
‘Tempat ini akan menjadi saksi. Tempat dimana semuanya tecurahkan secara gamblang. Semuanya. Tunggu saja.’


**********




“Bisa ikut gue??” Nita tersenyum dan mengangguk.
Di sodorkannya helm full face ke arah Nita. Dengan mudah dia naik dan duduk di belakang Billy. Secara lembut dia memeluk Billy, berpegangan agar tak jatuh. Dengan kecepatan yang sedang Billy meluncur di jalan raya. Tak menakuti penumpang yang ada di belakangnya. Nita menyandarkan kepalanya di punggung Billy.
Tumben kali ini jalanan ibukota tak padat seperti biasa. Dan ini memuluskan rencana Billy untuk mengajak Nita pergi ke suatu tempat yang sudah dia siapkan sebelumnya. Tak butuh waktu lama, mereka tiba di tempat yang dituju. Anita terkesiap saat melihat pemandangan yang terhampar di hadapannya. Ada mozaik wajahnya yang tersusun dari banyak fotonya dengan berbagai pose.
“Kak,,” hanya kata itu yang mampu terucap dari bibirnya. Matanya tak mampu lepas dari mozaik itu. Dia memutar kepalanya ke arah Billy. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Billy yang tak lagi berada di sisinya.
Diedarkannya pandangan ke segala penjuru. Nafas lega di hembuskannya saat melihat sosok Billy yang tengah melambai di ujung taman. Bergegas dia menuju Billy. Dan dia kembali terkesiap kagum saat melihat sebuah meja lengkap dengan makanan yang tersaji di atasnya.
Dengan sopan Billy menarik kursi untuk Nita. Setelah nyaman dengan posisinya, Nita tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Billy. Kini mereka berdua duduk berhadapan.
“Ini tempat apa kak?”
Backyard rumah gue.” Lalu dilihatnya 2 orang wanita datang membawakan minuman dingin untuk mereka. Mereka makan dengan khidmat dan perlahan. Menikmati cita rasa indah yang meleleh di lidah.
“Makanannya enak..” puji Nita setelah menandaskan makanannya.
Thanks.. gue bikin sendiri..”
“Yang bener kak??” Billy mengangguk.
Special food for special and lovely woman.” Nita terdiam mendengarnya. “Tau alasan gue ajak lu ke sini?” Nita menggeleng. Billy menghela nafas dalam. Mengumpulkan nyalinya yang tiba-tiba saja burai.
I just wanna say,, I love you..” Nita merasakan deburan ombak kencang di dalam hatinya. Melayang melewati bulan. “like Enrique Iglesias said,, I can be your hero.. Let me be your hero then.. ”
Nita tak tahu harus mengatakan apa. Tiba-tiba dia merasa seperti orang bisu. Mulutnya kaku. Tersumpal kebahagiaan yang membuncah. “Love you too..” kata Nita tanpa bersuara.
Billy langsung berdiri dan meraup Nita dalam dekapannya. Dia memeluk Nita dengan erat. Enggan untuk melepaskannya. Dan Nita tak merasa risih dengan itu. Dia malah sangat menikmatinya. Karena dia juga amat mencintai Billy. Sisa senja dihabiskannya dengan bercengkrama di atas rumput. Berbaring memandang langit. Seakan memamerkan ikatan cinta mereka yang baru terjalin.
“Sini gue kenalin sama Mbok Nah.” Nita berjalan di samping Billy. Bergandengan tangan dengan erat, mereka berjalan memasuki rumah dari pintu belakang. Anita jadi gugup. Siapapun Mbok Nah ini, pasti adalah orang yang sangat berarti bagi Billy. Dia takut Mbok Nah tidak suka padanya. Tanpa disadarinya dia menggenggam tangan Billy dengan erat.
“Nggak usah grogi.” Katanya sambil tersenyum menenangkan Nita. Baru disadarinya tempat mozaik wajahnya terpasang adalah dinding rumah Billy. Mereka terus berjalan melewati lorong yang tinggi. Nita melihat ke atas dan menemukan lukisan indah bersemayam di sana. Dan setelah memperhatikan design rumah Billy, dia dapat menarik kesimpulan bahwa rumah Billy bergaya klasik, dengan nuansa golden brown. Elegan sekali kelihatannya.
Diketuknya sebuah pintu yang tak terlalu besar. Dengan perlahan pintu itu terbuka. Menampilkan seorang wanita tua yang masih ayu. Wajahnya membuahkan sebuah senyum hangat.
“Mbok, ini Nita. Pacar saya.” Wajah Nita memerah, tersipu malu.
“wah, cantiknya.. den Billy emang nggak salah pilih.” Puji mbok Nah. Anita tersenyum makin lebar.

**********

“Orang tua lu dimana,kak?” tanya Anita. Billy yang mendengarnya segera menghentikan motornya. Anita tentu saja kaget. “Kenapa,kak?”
“Turun.” Anita turun dari motor dengan keheranan. Apa ada yang salah dengan pertanyaannya? Mereka duduk di bangku taman dekat komplek rumah Nita.
“Mereka udah meninggal. Pas gue 10 tahun.” Jawab Billy. Dan saat Anita melihat kedua mata Billy, terlihat kepedihan, kesepian dan kerinduan di sana.
“I’m sorry..”
“I’m ok. It’s.. I just,,” tak terasa air matanya bergulir. Anita sontak memeluk Billy. Mendekapnya hangat.
“gue tau lu kangen sama mereka. Cry if you want to cry.”
“Maaf gue cengeng.” Kata Billy.
That’s ok. Tiap orang bisa nangis. Nangis bukan berarti kita cengeng. Tangisan itu manusiawi, kak.” Billy masih saja meneteskan air matanya. Dia merasa amat rindu pada kedua orang tuanyan neneknya. Hidupnya terasa sepi. Walau sahabat-sahabatnya dengan setia menemaninya, walau mbok Nah selalu berada di sisinya. Tapi tetap saja. Kehadiran orang tua tak dapat tergantikan.


“You with the sad eyes
Don’t be discouraged
Oh I realise
It’s hard to take courage
In a world full of people
You can lose sight of it all
And darkness there inside you
Make you feel so small
But I see your true colors
Shinin’ through
I see your true colors
And that’s why I love you
So don’t be afraid to let them show
Your true colors
True colors are beautiful,
Like a rainbow
Show me a smile then,
Don’t be unhappy,
Can’t remember when I last saw you laughing
If this world makes you crazy
And you’ve taken all you can bear
You can call me up
Because you know I’ll be there

And I see your true colors
Shining through
I see your true colors
And that’s why I love you
So don’t be afraid to let them show
Your true colors,
True colors, are beautiful,
Like a rainbow”Anita menyanyi untuk menghibur Billy. Billy melepaskan pelukannya dan memandang jauh kedalam mata Nita. Merasakan betapa nyamannya bersama wanita ini. Benar apa kata mbok Nah. Hatinya memang tak salah pilih. 
“Thanks..”kata Billy. Nita membalasnya dengsn senyuman manis.
“Besok kita kasih tahu yang lain.. ok?” Billy mengangguk dan kembali memeluk Nita. Mereka pun melanjutkan perjalanannya menuju rumah Nita. Dan berpisah hingga esok pagi datang. Menyatukan mereka di sekolah.

To be continue,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar