Udah 6 bulan gue tunangan sama jejer. Tapi selama itu pula gue ngerasa ada yg beda sama sikap di ke gue. Makin dingin. Dulu, kita ngakak kaya’ orang gila kalo lagi berdua.. Tapi sekarang,, itu anak susah banget diajak ketwa lepas.. Apa mungkin lagi ada masalah di kantor ya??
* * *
Pagi datang menyeruak mengusir pekatnya malam. Hari baru telah datang. Perasaanku sungguh tak menentu. Sedih, karena harus meninggalkan kantor yang selama ini menjadi tempatku mencari nafkah. Senang, karena mengetahui salah satu kriteria istri idaman jejer. Ga rela, mengubur impian yg hampir saja ku genggam erat. Menjadi akuntan publik yg handal. Tapi tak apa. Toh itu kulakukan untuk jejer.
“kamu bener mau ngelepas impian kamu,jen?” tanya mami di ruang makan. Aku mengangguk seraya mengoleskan selai blueberry di atas rotiku.
“yakin gak akan nyesel?”
“yakin mi.. Tekat jeny udah bulat. Sebulat uang logam.. ”
“tapi kamu kan udah lama memimpikan jadi akuntan publik.. Sekarang koq dilepas gitu aja?” kali ini papi yg bertanya.
Aku menghela napas dalam2. Tekatku tergerogoti oleh pertanyaan papi.
“pi, mi,, kalo jeny tetep jadi akuntan publik, nanti takut jejer ga keurus.. Mami papi tau sendiri gimana kerjaan jeny..”
“yayaya.. Mami papi ngerti.. Yg mau jadi istri jejer mah beda..” mukaku merona merah.
* * *
Aku tak kuat lagi. Tak kuat menyembunyikan semua perasaanku. Tak mampu lagi membohongi dirinya. Sudah ku coba untuk mencintainya. Tapi aku tak bisa. Perasaan ini terus saja menolaknya untuk memasuki hatiku.
Haruskah aku jujur padanya?
Tapi aku tak mampu membayangkan wajahnya yg kecewa.
Tak sedikit pengorbanan yg dia lakukan untukku. Dia mulai belajar masak, membersihkan rumah, dan lain2. Padahal dia belum pernah melakukan’a.
Bahkan dia membuang begitu saja mimpi yg sekaligus jadi ambisinya untuk menjadi seorang akuntan publik. Hanya untuk diriku. Hanya untuk aku. Seseorang yg hingga kini masih tak mampu mencintainya..
* * *
“jer, nanti lunch bareng yu.. Di house of pasta.. Mau gak?”
Pria itu mengangguk tanpa menoleh sedikitpun pada gadis yg duduk di sampingnya.
Suasana dalam mobil terasa sepi. Sang gadis bukan tak merasakan’a.. Tapi dia sudah menyerah untuk menghidupkan percakapan. Karena tiap pertanyaan yg dilontarkan’a hanya disambut oleh gelengan dan anggukan saja.
“hati2 dijalan ya.. Nanti kita ketemu aja di sana jam 12.30 ya..” tanpa mengucapkan sepatah katapun pria itu pergi memacu volvo-nya. Mengundang airmata di mata si gadis.
* * *
Tak bersemangat sekali dia hari ini. Lagi dan lagi dia harus menyuguhkan kebohongan dan mematikan rasa enggan’a untuk terus menjadi kekasih gadis itu. Memang dia menyukainya. Memang dia menyayanginya. Tapi tak lebih dari sekedar sahabat. Dia juga mencintainya. Tapi Hanya sebatas cinta kakak terhadap adiknya.
Di tengah jalan menuju kantor, hp-nya bergetar. Dan nama yg tertera di display membuatnya bersemangat.
* * *
“hai sayang.. Akhir’a kamu pulang juga ke Indonesia.. Kangen banget tau..”
“aku juga putra.. Kangen banget sama kamu..” dan dua sejoli itu berpelukan. Melampiaskan segenap kerinduan yg mengerak di dasar hati..
“gimana kalo kita makan siang bareng.. Kamu blom makan kan,tra?” si pria mengulum senyum dan mengangguk. Melenggang bergandengan mesra dengan si gadis yg baru saja dijemputnya di bandara menuju restoran tempat mereka biasa bertemu, dulu. Seakan tak ingat pada tunangan’a yg menunggu dirinya, sendirian..
To be continue..
Posted at my boarding house, serang city..
At 2:08 p.m
Puji widiastuti,
Seseorang yg baru saja belajar menuangkan inspirasi ke atas kertas, bercerita..
Dan saya mengharapkan kritik konstruktif dari anda..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar