Sabtu, 31 Desember 2011

Broken Vow part b (ending)

Tell me the words I never said
Show we the tears you never shed
Give me the touch that one you promised to be mine
Or has it vanished for all time

I’ll let you go I’ll let you fly
Why do I keep om asking why
I’ll let you go
Now that I found
The way to keep somehow
More than a broken vow
* * *
“lidy,,”
“heemh??” kudongakkan kepalaku ke arahnya.
“ti amo, lidy..”
Di ucapkannya kalimat sakral itu dengan penuh takzim. Membuatku melayang saat mendengarnya..
“ti amo,van..”
Ku rasakan lengannya yang memeluk erat tubuhku. Hangat. Kutenggelamkan wajahku di dadanya yang bidang. Pelukannya mampu menghadirkan perasaan aman dan nyaman untukku.
“aku akan selalu ada di sisimu, selalu menjadi milikmu, selalu menjagamu, dan takkan pernah menyakitimu.. Selamanya.. Aku janji..” ucapnya pasti.
kuangkat wajahku. Kutatap matanya. “selamanya??”
Dia mengangguk mantap. “selamanya.. Aku janji..”Perlahan dikulumnya bibirku dengan lembut. Dan aku semakin tergila-gila dengannya.
Ku usap airmata yang terus mengalir. Dulu dia mengucapkan janji itu padaku. Tapi sekarang, dia ucapkan kembali janji itu pada orang lain. Gadis itu adalah sepupuku sendiri. Dewi.
Pandanganku kembali mengabur. Isakan kembali hadir. Tiba-tiba rasa sakit yang teramat sangat mendera tubuhku. Merenggut kesadaranku. Meninggalkan hitam disini.
* * *
“vina kecelakaan? Kapan? Dimana? Kondisinya gimana?” terkejut aku mendengar kabar tentang vina.
“kemarin siang.. Mobilnya tabrakan sama truk. Sekarang masih kritis.. Jadi gak kita jalan hari ini van?”tanya dewi.
“kamu ini,, bisa-bisanya kamu mikir buat seneng-seneng!! Vina lagi kritis sekarang!! Apa kamu nggak sedih vina kecelakaan? Hah?? Dia itu sepupu kamu sendiri!!”bentakku.
“Aku gak peduli. Toh dia cuma sepupu aku.”ucapnya acuh.
“astaga!! Gimana bisa aku jatuh cinta sama cewek kaya’ kamu.. Yang ga punya rasa perihatin dan perhatian sama sekali..”
“koq kamu ngomong gitu sih? Dia itukan bukan pacar kamu lagi. Pacar kamu yang sekarang itu aku stevan. Aku. Dewi. Bukan vina!!”dia balas membentakku. “sikap kamu ke dia udah mulai mencurigakan tau!! Atau kamu masih cinta sama dia? Iya?? Kalo gitu kita putus aja!!”
“oke!! Kita PUTUS!! Aku gak mau punya pacar yang gak punya hati kaya’ kamu!!”
Kutinggalkan saja wanita tak berperasaan itu sendirian di taman dekat rumahnya. Segera kulajukan mobilku ke rumah sakit tempat vina dirawat.
“mbak, pasien yang bernama vina pramesti ada di mana?”
“di ruang ICU lantai 4.”
“terimakasih” kuberlari sekencang-kencangnya. Lift yang kutumpangi terasa begitu lambat.
Sesampainya di lantai 4, aku melihat viana dan josh.
Kembali aku berlari menuju mereka.
“stevan.. Mau apa lagi kamu kesini? Apa belum puas kamu menyakiti vina?”
Aku tak dapat berkata-kata. Lidahku kelu.
“ssst.. Kamu nggak boleh begitu.. Lebih baik kamu berdoa supaya vina bisa selamat..” kata josh sambil memeluk viana, kakak kembar vina.
“boleh gue masuk?” josh mengangguk, sementara viana masih tenggelam dalam pelukan josh. Menangis.
Kubuka pintu ruangan. Hatiku begitu sakit melihatnya. Vina terkapar dikelilingi peralatan penunjang hidupnya.
“vina.. Maafin aku.. Maaf..”
Setitik airmata mengalir dari matanya. kuhapus airmata itu dengan ujung jariku. takut bahwa sentuhan sekecil apapun akan menyakitinya.
Lalu kulihat kardiogram bergerak tak beraturan. Tak lama, garis lurus yang nampak. Aku panik. Kupanggil dokter dan suster..
“bertahanlah,lidy..” batinku berharap.
* * *
I close my eyes
And dream of you and I and then I realize
There’s more to life than only bitterness and lie
I close my eyes

* * *
Ku terus berjalan di depan ruangan. Menanti sambil berharap dokter dapat mengembalikan detak jantung vina. Josh sampai sekarang masih sibuk menenangkan viana yang kembali histeris..
Tak lama, dokter keluar dari ruangan dengan senyum. “Pasien telah sadar. Kalian boleh menjenguknya. Tapi jangan lama-lama. Dia masih butuh istirahat.”
Segera kami bertiga masuk ke dalam.. saat melihat wajahnya, ada sesuatu dalam dadaku. sebuah perasaan yang dulu pernah hadir hanya untuk dia. sebuah perasaan yang beberapa saat yang lalu pernah hilang, dan berpindah untuk yang lain. sebuah perasaan yang bernama cinta.
“vin, cepet sembuh ya.. Gue kangen bikin kue sama lu lagi..hiks.. Hiks..” isak viana.
“cepet sembuh vi.. Aku mau kita kaya’ dulu.. Lidy and stevan..” dia sedikit tersenyum.
“kita gh,,gak bisa kaya’ dulu lagi van.. Gak bisa” katanya pelan.
“kenapa??”
“dewi.. Dia sepupu aku. Aku nggak mau dia sakit gara-gara kita..”
Astaga,, bahkan dia masih sempat memikirkan perasaan dewi. Padahal dewi tidak. Dewi tetap mendekatiku walau dia tahu aku telah lama berpacaran dengan vina.
*  *  *
“Langit di kala fajar memang selalu indah.. seindah wajahmu yang selalu memancarkan kabahagiaan..”
Wanita di sebelahku menengok padaku dan kembali menunduk. pipinya bersemu merah. Manis.
“Kamu bisa aja deh..” katanya tersipu.
aku menanggapinya dengan tawa kecil. tangan kananku merengkuh bahunya. menghalau udara pagi pantai yang dingin. menghentikan tubuhnya yang sedikit bergetar. membagi kehangatan tubuhku. dan aku berbisik padanya. sesuatu yang membuat wajahnya semakin memerah.
“aku dengan kamu,, sempurna.. aku tanpa kamu,, binasa.. aku beruntung mendapatkanmu..”
kutatap kedua bola matanya yang bening. begitu menyejukkan kalbu.. saat jarak mulai terhapus di antara kami, kedua kelopak matanya tertutup perlahan. dan saat desah nafasnya dapat kurasakan, aku terlonjak kaget. telepon genggamku bergetar dengan hebat. aku beranjak menjauh.
“Halo vin..”
“Hai Stevan sayang… kamu lagi dimana?”
“Aku lagi,,, lagi,,, lagi di rumah.. lagi siap-siap buat ke kantor.. mau ada rapat direksi nanti..” ucapku.
“Oh,, lagi buru-buru ya.. padahal aku mau ngjakin kamu ke pantai.. yaudah deh.. aku pergi sama Viana and Josh aja.. Sukses ya rapatnya..” dan sambungan telepon pun terputus.
“Siapa yang??” tanya dewi.
“Vina..” jawabku sambil duduk di sebelahnya.
“oh,,,” lengannya menyelusup halus melibat lenganku. menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Kita pindah tempat yuuk.. takut Vina tau kalo kita di sini..”
“Emangnya kamu belum mutusin dia??”
“Belum.. kan aku sibuk sayang…”
“Sibuk ngapain??”
“Sibuk pacaran sama kamu..” ku kecup pipinya dan langsung berlari.. menyajikan tontonan mesra bagi fajar yang baru saja menyingsing, setelah beberapa saat sebelumnya menyodorkan kebohongan pada kekasihku yang lain,, Vina.
*  *  *
Senja telah berlalu. dan aku masih terdiam disini. menunggu vina Pulih. menunggunya untuk menerimaku kembali. agar aku dapat menepati janji yang selama ini telah -entah-secara-sadar-atau-tidak- telah aku ingkari. janji untuk selalu menjadi miliknya, untuk selalu di sisinya, untuk selalu melindunginya, untuk selalu menjaganya.
kulihat wajahnya yang semakin tirus. begitu pucat. perpaduan yang cocok untuk seseorang yang telah menjadi korban permainan cinta dan kecelakaan. aku semakin merasa bersalah. tak terasa air mataku jatuh. cepat ku seka dengan kasar. kaarena aku tahu, Vina tidak suka bila ada yang menangis karenanya.
Vina kembali membuka matanya. dan tersenyum kecil.
“Stevan..”
“Lidy.. sayang.. kamu mau minum??? makan??” dan di jawab dengan gelengan kecil nan perlahan.
Ku genggan tangannya. kutatap dalam matanya. “Lidy,, aku mohon.. kembalilah padaku.. seperti dulu..”
“Aku nggak bisa, Van.. ada Dewi di antara kita..”
“tapi aku masih sangat mencintaimu, lidy..”
“aku tahu.. Tapi aku nggak bisa..
“Apakah kau tidak mencintaiku lagi??”
“aku juga masih sangaaat mencintaimu.. tapi ,,” UHUKK!! tiba-tiba vina terbatuk. Darah menyembur deras dari mulutnya. Ku pangil lagi dokter.
Aku menunggu kembali di depan ruangan. Menunggu keajaiban untuk datang lagi. Membuat vina sembuh dari semua ini.
Tapi, keajaiban enggan menemui kami. Dokter keluar ruangan dan mengatakan vina telah meninggal. Saat itu juga aku merasa hidupku berakhir.
* * *
I’d give away my soul to hold you once again.
And never let this promise end

I’ll let you go I’ll let you fly
Why do I keep om asking why
I’ll let you go
Now that I found
The way to keep somehow
More than a broken vow
*  *  *
Ku langkahkan kakiku meninggalkan tanah itu. tempat di mana Tubuh orang yang ku kasihi terpendam di dalamnya. Gundukan itu masih basah, bertabur bunga. tanda baru saja di buat. kidung-kidung kesedihan tetap mengalun di hatiku. mengoyak jiwaku dengan rasa bersalah yang teramat sangat.
mobil yang ku kendarai melaju cepat. berharap rasa bersalah dapat tertinggal jauh entah dimana. meninggalkan diriku yang sudah begitu tersiksa karena kehilangan belahan jiwaku. tapi dia terus saja bergelayut manja. tetap saja mengelilingiku yang seakan sudah mati.
pikiranku melayang jauh. berandai-andai. bila saja aku dapat pergi dengan Vina. tapi segera ku tepiskan. Vina pasti sudah tak mau lagi bersamaku.
Aku terus melajukan mobilku tanpa arah dan dengan pikiran kosong. sampai aku tak menyadari ada seorang anak kecil yang ada beberapa meter di hadapanku. aku terkejut. segera ku banting setir ke arah kanan. naas untukku. mobilku malah menabrak pohon di tepi jalan.
kealpaanku untuk memakai sabuk pengaman membuat tubuhku membentur kemudi dengan keras. darah menyembur dari mulutku. sakit.
di sisa-sisa kesadaranku, aku melihat sesosok perempuan menghampiriku. Vina. Sia tersenyum dan mengulurkan tangannnya padaku. dengan bergetar menahan rasa sakit, ku sambut tangannya. ajaib. seketika rasa sakit di tubuhku hilang. tubuhku terasa ringan sehingga aku dapat bergerak dengan bebas. dan akupun melangkah bersama Vina menuju seberkas cahaya yang berada di depan sana. tempat dimana kami dapat hidup bersama,, dalam keabadian..

The end..

Posted at my house, tangerang.

Puji widiastuti,
Seseorang yang baru saja belajar menuangkan inspirasi ke atas kertas, bercerita..
Dan saya membutuhkan kritik konstruktif dari anda..
:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar