Udah sebulan nih di Indonesia. Seneng terus tiap hari. Ya iyalah. Jejer a.k.a jeremy selalu menemaniku kemanapun aku mau. Sepertinya aku jatuh cinta padanya. Bukan cinta monyet seperti waktu sd, smp, dan sma.
Aku berdesir saat melihat wajahnya. Senyumnya seperti gempa 8 skala richter di hatiku. Sentuhannya, sekecil apapun, seperti menyengat tubuhku.
Kata orang, kita selalu mempunyai seorang guardian angel yang akan selalu melindungi kita. Kalau benar begitu, aku berharap semoga saja jejer adalah guardian angel yg di kirim Tuhan hanya untukku. Catat sekali lagi saudara-saudara. HANYA UNTUKKU..
* * *
Sendiri aku duduk di pojok kafe. Menghadap secangkir cappuchino yang masih mengepul. Sengaja aku pergi sendiri dan tak membawa mobilku. Entah kenapa malas rasanya membawa mobil. Dan jejer, dia tak bisa menemaniKu hari ini. Kakak iparnya sedang keluar kota. Sehingga dia harus mengantar kakaknya yang sedang hamil ke dokter kandungan.
Ku sesap cappuchinoku. Merasakan rasanya yang pahit dan manis menyapa indra pengecapku. Membiarkan seteguk kafein hangat mengalir di tubuhku.
“ngebosenin banget sih.. Gue kira mangkal di kafe sendirian oke. Ternyata,, nggak banget.. Coba ada jejer.. Pasti nggak bakal ngebosenin kaya’ begini..” gumamku.
Akhirnya ku tandaskan saja cappuchinoku yg masih berasap. Panass. *don’t try this at home* Dan aku berjalan kaki pulang ke rumah. “mumpung adem..”
Kususuri jalan menuju rumahku. Tak lama, ku lihat taman tempatku dulu bermain. Segera saja aku berjalan kearahnya. Ku hempaskan bokongku ke atas bangku taman, melepas lelah. Ternyata dari kafe ke rumahku jauh juga ya. Sepertimya aku menyerah kalau harus kembali berjalan. Ku keluarkan handphoneku. Menelpon seseorang yang bersedia menjemputku.
“halo jen,, lu dimana? Gue udah selesai nganter kak milda ni.. Masih mau jalan gak?”
“gue di taman tempat dulu kita maen… Jemput dong.. Cape gue jalan dari kafe ke sini..” jawabku.
“ya itu mah lu-nya aja yang odong. Udah tau jauh, dia masih pake acara jalan..”
“dih, dia mah begitu.. Kan gue kira gak jauh2 amat jejer..”
“tunggu, lu di taman tempat kita maen?? Yang sekarang ada rumah pohon’a?” Aku mengedarkan pandanganku. “iya.. Kenapa gitu jer?”
“buruan jalan ke tempat rame. Lu tunggu di perempatan deket taman aja. Jangan di taman. Gue ngebut ke sana. Buruan!” dan sambunganpun terputus. Aku masih bingung dengan jejer. Kenapa dia seperti,, khawatir??
Aku beranjak keluar taman. Tapi baru saja beberapa langkah, aku di kejutkan oleh suara baritone mengerikan dari seseorang. 3 pria -yg menurut pengamatanku- adalah preman menghampiri. Mengepungku. “sendirian aja neng?” aku diam. Masih memikirkan bagaimana cara untuk kabur dari sini.
“koq diem aja neng? Sombong ni si neng geulis..”kata pria lain’a sambil mencolek daguku. Aku semakin ketakutan. Baru saja aku mau teriak. Tapi tak bisa. Tangan kekar lelaki yg ada di belakangku membekap mulutku. Tanganku meronta, tapi perlawanan ku tak bertahan lama. Dia yg membekap mulutku, mengunci semua gerakanku. Diseretnya aku ke sebuah tempat di belakang taman. Aku mengkeret ketakutan. “Tuhan,, tolong aku.. Jejer,, tolong aku.. Tolong jejen..” batinku meminta.
Mereka tertawa iblis. Dengan kasar mereka menyentak kemejaku. Sehingga kancing2nya terlepas. “diem gak lu!” Aku tetap tak bisa menghentikan tangisku. Kesal, salah satu dari mereka hendak menamparku. Aku hanya mampu memejamkan mataku. Tapi koq gak sakit ya?
“jangan pernah lu mukul cewe’ yg ketakutan. Gak gentle. Banci.”
Ku buka kedua mataku. Dan kulihat dia, yg mencengkram tangan preman itu. Dia,,
To be contiue..
Posted at my boarding house, serang city..
At 8:40 a.m
Puji widiastuti, Seseorang yg baru saja belajar untuk menuangkan inspirasi ke atas kertas, bercerita.. Dan saya mengharapkan kritik konstruktif dari anda..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar